Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2009

Masa Puber Entong

Gambar
Cerita lain tentang si Entong Oik oik, anakku si puberku sekarang sudah pinter berkelat-kelit. Kelemahan seorang visual spatial learnernya sekarang makin nampak sekali, yaitu chaos dalam skedul, chaos dalam "tempat tinggal", dan chaos dalam perencanaan kerja. Kekacauan di bagian itu jauh-jauh hari sudah kucatat.. Anak-anak begini memang unggul dalam "menemukan ruang". Misalnya kalau jalan-jalan, nah dengan dia pasti gak kesasar. Tetapi membuatkan struktur buatnya, sungguh membuat pusing kepala. Saat kecil masih bisa kita atur. Tetapi puber ini, dia akan menjawab: "Jangan ikut campur!" Kalau kita beri sangsi dia akan bilang: "Nah mama chantage (black mail), kindermishandeling (abusing anak)". Memberinya struktur kegiatan yang harusnya bisa dikerjakan secara rutin dan gampang banget, justru buatnya susahnya setengah mati. Misalnya: gosok gigi, ganti baju, sisir rambut, mandi..... Bahkan ganti celana dalam musti diingatkan melulu, kalau gak, itu cel

Drawing Versus Coloring

Gambar
Ini bukan pengalaman Ara, tapi pengalaman Entong anaknya bu Julia . Cerita ini meyakinkan saya, untuk terus mempertahankan cara saya mendidik Ara, bukan hasil yang utama tapi proses menuju hasil tersebut.... Waktu kecil Entong senang sekali menggambar. Sangat realis, tapi setelah usia diatas 5 tahun juga sering menghayal. Kalau perfeksionisnya kumat nggambarnya gak mau ngikutin sekolah. Misalnya semua anak diajar menggambar rumah, genteng segitiga, diatas segi empat.Maksudnya pengenalan bentuk. Dia ngotot rumah itu kayak yang dia liat, yaitu rumah di depan ini, gentengnya trapesium. Ya gurunya pusing karena trapesium itu tiga dimensi yang belum diajarkan ke anak-anak. Saking keselnya dia bikin rumah bekicot melulu. Katanya itu rumah juga. Jadi sedinding penuh gambar rumah punya anak-anak, di tengah ada bekicot. Apa aku gak diketawain ibu2 lain? Gurunya sih penuh pengertian. Tapi orang lain gak ngerti. Saat sudah kelas 3-an gitu (grup lima). Ada parade menggambar. Themanya Pulau Impian.

It's just about colour

Gambar
“Kenapa balita sudah diajari politik?” “Kenapa seusia Ara mesti disuruh menghafal nama presiden? Semestinya dia tidak diajari untuk menghafal. Karena presiden dan kabinetnya akan terus berubah....” ”Wah.... Ara penggemarnya pak SBY ya? Bisa di kader nih....” ”Ibunya kebangetan, masak anak kecil disuruh belajar gambar dan warna partai!” Etc... Etc.... Sumpah mampus. Pusing kepala saya, tiap kali ada kerabat atau teman yang menyalahkan saya karena Ara hafal lima partai besar Indonesia. Biru, Partai Demokrat, nomor tiga satu, pak SBE, Blue Merah, bu Megawati, PDI Perjuangan, nomor tujuh (yang ini jelas ngawur, tapi Ara tahunya dari spanduk yang dipasang didepan rumah milik Caleg PDIP nomor 7), Led Kuning, Gokar, Usuf Kala sama pak Blewok, Yellow Blangki (warna kesukaan Baby Bob, kata dia) Putih Hitam, PKS, putih wait, hitam black, abu-abu apa bu? Lalu dijawab sendiri, Gle Hijau, na..... ini dia bingung. Hijau itu glin, tapi pantai (maksudnya partai) apa bu? PENGUMUMAN : KALAU ANAK BERTANY

Tiga Calon Presiden Untuk Ara

Gambar
Entah kebetulan atau tidak. Pada suatu masa di bulan Maret 2009. Ara bertemu dengan 3 calon presiden yang diusung partainya masing-masing. Memang tidak pada satu kesempatan. Tapi masing-masing membekas dalam di benak Ara. Pertama, Pada suatu malam, di Galebo, ketika sedang asyik menikmati semangkuk bakso panas pak Alex, kami berempat (Ara, bapak, ibu dan eyang), disamperi pak Sutrisno Bachir. Sementara orang-orang disekeliling kami sibuk meminta foto bersama, kami seperti tidak perduli dengan kehadiran beliau. Wong tiap malam sudah ketemu beliau dan istri sedang bercengkerama dengan anak-anak jalanan... (maksudnya di tipi....). Mungkin pak PAN itu gerah, melihat kami yang jaim, atau memang kaminya yang menarik untuk didatangi (he..he..), pak Bachir menyapa Eyang Mama ” Monggo bu... baru santai?” ” Inggih pak. Pak Sutrisno njih....?” Eyang pura-pura bertanya, sementara lima menit sebelumnya kami sudah sikut-sikutan karena melihat hebohnya protokoler dengan kehadiran beliau. ” Inggih bu.
Gambar
Suatu senja menjelang malam. Ara sibuk memindahkan bangku plastik kecil berwarna pink kesukaannya, dari kolong meja setrika ke atas. Ibu : "Ara ngapain nak?" Ara : "Nyalakan lampu, ibu...." (stopkontak memang terletak diatas meja setrika) Ibu : "Berapa kali ibu bilang, jangan bermain listrik" Ara :"Ara gak main main koq..." (air mukanya berubah keruh...) Ibu : "Lalu........" Ara : "Sudah gelap, sudah malam..." Ibu : " Lihat kesana, matahari masih kelihatan sedikit. Lampu Tuhan masih menyala. Sayang listriknya..." Ara : "Matahari mau kemana bu?" Ibu : "Matahari sudah mau ke Amerika. Dag dulu sama matahari. Bilang sampai ketemu besok pagi" Ara : " Dag...dag.. matahari. Matahari mau ketemu Obama ya?.. Ara disini sama SBE aja..." Ibu : ?????????????? Catt : SBE - Susilo Bambang Yudoyono versi Ara