Puas bermain air di selokan kecil Kemuning, perut kami mulai berteriak minta diisi. Ara sudah mulai memainkan jempol tangan kirinya. Sebentar masuk mulut, sebentar masuk hidung, sebentar masuk telinga. Biasanya, itu tanda dia mulai lapar. Lapar nasi maksudnya. Kalaupun kita berikan camilan atau susu, pasti dia akan menggelengkan kepalanya. Semangkuk bubur Manado berwarna hijau tua, dalam sekejap dihabiskannya. Sementara yang tua-tua mengganjal perut dengan seiris besar brownies putih telur non kolesterol dan sebotol air mineral. Wuah.... lumayan lah... Sampai di pertigaan ruas Sala-Tawangmangu, kami dihadapkan pada dua pilihan. Turun, dan makan ikan bakar di restoran yang tadi sempat kami lihat ramai pengunjung. Atau naik, menuju Tawangmangu dengan pilihan Pecel Yu Gi, Sate Kelinci, atau Sate Landak. Akhirnya kesepakatan ber empat (soalnya Ara ikut ngangguk...) kami pilih makan Sate Landak. Warung Sate Landak di Tawangmangu ini letaknya tidak jauh dari jalan utama. Sebuah jalan alterna
Komentar