Seluk Beluk Kesulitan Belajar Pada Anak

oleh dr. Tjhin Wiguna, SpKJ
Psikiater Anak, Klinik Anakku Green Ville

PENDAHULUAN

Bayangkan betapa menderitanya seorang anak jika ia tidak mampu untuk mengemukakan atau mengkomunikasikan segala keinginannya atau ia tidak mampu memusatkan perhatiannya untuk belajar. Kondisi ini akan membuat anak mengalami kesulitan di dalam kelas dan mungkin tertinggal dalam satu atau beberapa mata pelajaran tertentu. Tidak hanya anak yang merasa tertekan, orang tuanyapun mungkin akan merasakan kebingungan atas problematika yang dihadapi oleh sang anak.

Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam membentuk sumber daya manusia yang tangguh. Sejak bayi dilahirkan, ia sudah mulai dengan proses belajarnya yang pertama yaitu, belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia. Hal ini akan berjalan terus sampai anak masuk sekolah dan proses pembelajaran formal mulai diterapkan pada dirinya. Pada saat ini, seorang anak perlu dirangsang untuk mengembangkan rasa cinta akan belajar, kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik dan rasa diri sebagai pelajar yang sukses. Namun demikian, proses pembelajaran tidak selalu berjalan mulus hanya dengan faktor di atas.
Kesulitan/Gangguan belajar ( Learning Disorders ) merupakan suatu kesulitan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelengensi seorang anak dengan kemampuan akademik yang seharusnya sudah dapat dicapai oleh anak seusianya.

Hal ini merupakan masalah, baik di sekolah maupun di rumah. Oleh karena, gangguan /kesulitan belajar yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan berbagai bentuk gangguan emosional/psikiatrik yang akan berdampak lebih buruk lagi bagi perkembangan kualitas hidup anak di kemudian hari. Dengan demikian kepekaan orang tua dan guru kelas sangatlah membantu dalam deteksi dini kesulitan belajar, sehingga anak dapat memperoleh penanganan sedini dan seoptimal mungkin dari tenaga professional sebelum semuanya menjadi terlambat.

BERAPA SERING ANGKA KEJADIAN KESULITAN BELAJAR ?

Pada tahun 1997, dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dikatakan bahwa 1,8 % dari anak usia sekolah mengalami kesulitan belajar, dengan kesulitan membaca sebagai kesulitan belajar utama. 20 % dari anak yang di diagnosis kesulitan belajar tersebut dikatakan mengalami defisit neurologis yang bervariasi dari ringan sampai berat sehingga membuat mereka
menjadi sulit untuk menulis dan membaca.
Di Indonesia pada tahun 1996 Pusbang Kurrandik ( Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan ) Balitbang Dikbud melakukan penelitian terhadap 4994 siswa sekolah dasar kelas I – VI di provinsi Jabar, Lampung, Kalbar dan Jatim, mendapatkan hasil bahwa 696 dari siswa SD( 13,94 % ) tersebut mengalami kesulitan belajar umum, dan 479 di antaranya mengalami kesulitan membaca ( disleksia ). Hal ini memberikan gambaran bahwa kesulitan belajar di kalangan siswa SD perlu mendapat perhatian yang serius dari semua pihak, baik dari dunia pendidikan, medik, psikologik, orang tua dan pihak lainnya yang terkait, karena tahap sekolah dasar merupakan tahap preliminer dalam mencapai tahap pendidikan ke jenjang berikutnya.

APA TUJUAN DAN KEBUTUHAN PROSES BELAJAR ?

  1. Proses belajar pada anak mempunyai beberapa tujuan, diantaranya ialah ;
    Untuk dapat maju ke fase perkembangan selanjutnya
  2. Agar anak mempunyai keterampilan-keterampilan yang baru yang berguna bagi perkembangan dirinya
  3. Agar anak dapat mengerti peranan sosial yang harus dijalankannya, serta mampu mengerti peranan orang lain dalam konteks sosialnya.

Dengan demikian proses belajar merupakan suatu proses seumur hidup yang kompleks dan merupakan bagian dari proses tumbuh kembang seorang anak. Aspek perkembangan yang banyak berperan dalam dalam proses belajar ialah perkembangan kognitif.

Ada tiga faktor yang dibutuhkan dalam perkembangan kognitif /proses belajar yang optimal, yaitu :

1. Kematangan dan keutuhan dari struktur organ-organ seseorang, termasuk otak, alat persepsi,sistim motorik, serta faktor genetik.

2. Stimulasi atau rangsangan yang optimal dan berkesinambungan dari lingkungan. Sikap , respon dan dorongan dari orang tua sangatlah berpengaruh dalam proses belajar seorang anak. Sikap menghargai setiap rasa keingintahuan anak merupakan awal dan dasar yang kuat bagi proses belajar sang anak selanjutnya. Di lain pihak, sekolah yang merupakan tempat anak menempa ilmu secara formal juga ikut berperan. Bangunan fisik sekolah, guru, relasi guru dengan anak, dan relasi anak dengan teman sebayanya, serta kurikulum yang dijalankan sekolah juga merupakan hal yang krusial dalam tercapainya perkembangan kognitif yang optimal

3. Peran aktif anak yang bersangkutan untuk mengolah setiap asupan yang diterima dari lingkungannya. Dengan kata lain, motivasi dan minat belajar yang tinggi pada seorang anak akan mendorong dirinya menuju ke arah perkembangan kognitif yang baik.

Oleh karena itu, proses belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor yang ada di dalam diri anak saja, tetapi juga oleh faktor-faktor eksternal lainnya. Dengan demikian, adanya gangguan atau hambatan pada ke tiga faktor di atas dapat menimbulkan berbagai jenis kesulitan belajar pada anak.

BERBAGAI JENIS GANGGUAN FISIK DAN PSIKIATRIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIMBULNYA KESULITAN BELAJAR PADA ANAK.

I. GANGGUAN FISIK

Gangguan dalam sistim saraf pusat/otak anak atau organ pendengaran atau organ penglihatan, misalnya oleh karena adanya infeksi baik langsung maupun tidak langsung pada otak, trauma pada otak, penyakit bawaan, gangguan konduksi listrik ( epilepsi ), gangguan metabolic sistemik, dll. Semua ini dapat yang menyebabkan timbulnya disfungsi otak minimal, yang mungkin bermanifestasi dalam berbagai bentuk gangguan psikiatrik, di antaranya ialah kesulitan belajar.

II. GANGGUAN PSIKIATRIK

o Retardasi Mental
Kondisi ini ditandai oleh tingkat kecerdasan anak yang berada di bawah rata-rata. Anak akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari sebagaimana anak seusianya, seperti mengurus dirinya sendiri, melakukan pekerjaan rumah atau berinteraksi dengan lingkungannya.
o Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas.
Ciri utama dari gangguan ini adalah kesulitan anak untuk memusatkan perhatian-nya yang timbul pada lebih dari satu situasi, misalnya di rumah, di sekolah dan di dalam kendaraan, dll, dapat disertai atau tidak disertai dengan hiperaktivitas. Gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan fungsi inhibisi perilaku dan kontrol diri. Anak tidak mampu untuk berkonsentrasi pada satu pekerjaan tertentu, dan merencanakan tujuan dari pekerjaan tersebut. Ia tidak mampu menyusun langkah-langkah dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian ia akan mengalami kesulitan dalam menyimak pelajaran yang diberikan gurunya, dan akhirnya ia tidak mengerti apa yang diterangkan oleh gurunya itu.
• Gangguan Tingkah Laku
Pada anak yang mengalami gangguan ini seringkali dikatakan sebagai anak nakal, sulit diatur, suka melawan, sering membolos dan berperilaku antisosial, dll. Anak dengan Gangguan Tingkah Laku ini seringkali mempunyai prestasi akademik di bawah taraf yang diperkirakan. Kesulitan belajar yang terjadi dikarenakan anak sering membolos, malas, motivasi belajar yang kurang, kurang disiplin, dll.
o Gangguan Depresi
Seorang anak yang mengalami Gangguan Depresi akan menunjukkan gejala-gejala seperti: Perasaan sedih yang berkepanjangan, Suka menyendiri ,Sering melamun di dalam kelas/di rumah ,Kurang nafsu makan atau makan berlebihan ,Sulit tidur atau tidur berlebihan , Merasa lelah, lesu atau kurang bertenaga ,Merasa rendah diri, Sulit konsentrasi dan sulit mengambil keputusan ,Merasa putus asa, Gairah belajar berkurang, Tidak ada inisiatif, hipo/hiperaktivitas
Anak dengan gejala-gejala depresi akan memperlihatkan kreativitas, inisiatif dan motivasi belajar yang menurun, dengan demikian akan menimbulkan kesulitan belajar sehingga membuat prestasi belajar anak menurun hari demi hari.

JENIS KESULITAN BELAJAR

Kesulitan belajar bukanlah suatu diagnosis tunggal semata-mata, melainkan terdiri dari berbagai jenis gangguan dengan berbagai macam gejala, penyebab, pengobatan dan perjalanan penyakit. Tidak semua problem belajar merupakan suatu kesulitan belajar. Ada anak yang menunjukkan perkembangan suatu keahlian tertentu lebih lambat daripada anak lain seusianya dan sebaliknya, tetapi masih dalam batas kewajaran. Untuk menentukan apakah seorang anak mengalami kesulitan belajar tertentu atau tidak digunakan pedoman yang diambil dari Diagnostic & Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM - IV ).

Ada 2 kelompok besar kesulitan belajar, yaitu :

1. Gangguan Perkembangan Wicara & Berbahasa
Problem wicara & bahasa seringkali merupakan indikator awal adanya kesulitan belajar pada seorang anak. Gangguan berbahasa pada anak usia balita berupa keterlambatan komunikasi baik verbal ( berbicara ) maupun non-verbal. Secara umum dapat dikatakan bahwa bila anak berusia 2 tahun belum dapat mengatakan kalimat 2 kata yang berarti, maka anak mengalami
keterlambatan perkembangan wicara-bahasa.
Anak dengan Gangguan Perkembangan Wicara & Bahasa dapat mengalami kesulitan
untuk ;
• Memproduksi suara huruf/kata tertentu
• Menggunakan bahasa verbal/tutur dalam berkomunikasi, tetapi
pemahaman bahasanya baik. Orang tua sering kali berkata “ anak saya
mengerti apa yang saya ucapkan, tetapi belum bias berbicara “.
• Memahami bahasa verbal yang dikemukakan oleh orang lain,
walaupun kemampuan pendengarannya baik. Anak hanya dapat meniru kata-kata
tanpa mengerti artinya ( membeo ).

2. Gangguan Kemampuan Akademik ( Academic Skills Disorders )
Ada 3 jenis Gangguan Kemampuan Akademik ;
o Gangguan Membaca
Membaca merupakan dasar utama untuk memperoleh kemampuan belajar di bidang
lainnya. Proses membaca ini merupakan suatu proses yang kompleks yang
melibatkan ke dua belahan otak. Persentasi dari Gangguan Membaca ini
dikatakan sebesar 2- 8 % dari anak usia sekolah. Anak yang mengalami
Gangguan Membaca menunjukkan adanya ;
i. Inakurasi dalam membaca, seperti ;
§ Membaca lambat, kata demi kata jika dibandingkan dengan anak seusianya, intonasi suara turun naik tidak teratur
§ Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata, misalnya antara kuda dengan daku, palu dengan lupa, huruf b dengan d, p dengan q, dll
§ Kacau terhadap kata yang hanya sedikit perbedaannya, misalnya bau dengan buah, batu dengan buta, rusa dengan lusa, dll
§ Sering mengulangi dan menebak kata-kata atau frasa
ii. Pemahaman yang buruk dalam membaca, dalam arti anak tidak mengerti isi cerita/teks yang dibacanya.

o Gangguan Menulis Ekspresif
Kondis ini ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk membuat suatu komposisi tulisan dalam bentuk teks, dan keadaan ini tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya. Gejala utamanya ialah adanya kesalahan dalam mengeja kata-kata, kesalahan tata bahasa, kesalahan tanda baca, paragraf dan tulisan tangan yang sangat buruk. Selain itu, mereka juga mengalami kemiskinan tema dalam karangannya.
Gangguan Berhitung
Gangguan Berhitung merupakan suatu gangguan perkembangan kemampuan aritmetika atau keterampilan matematika yang jelas mempengaruhi pencapaian prestasi akademikanya atau mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak. Gejala yang ditampilkan di antaranya ialah;
§ Kesulitan dalam mempelajari nama-nama angka
§ Kesulitan dalam mengikuti alur suatu hitungan
§ Kesulitan dengan pengertian konsep kombinasi dan separasi
§ Inakurasi dalam komputasi
§ Selalu membuat kesalahan hitungan yang sama
§ Dll

BAGAIMANA DETEKSI DINI KESULITAN BELAJAR ?

Tanda dari kesulitan belajar sangat bervariasi, tergantung dari usia anak pada saat itu. Sensitivitas atau kepekaan orang tua dan guru seringkali sangat membantu dalam deteksi dini. Orang tua atau guru yang melihat adanya kesenjangan yang konsisten antara kemampuan akademik anak dengan kemampuan rata-rata teman sekelasnya atau prestasi anak yang tidak kunjung meningkat walaupun pelajaran tambahan sudah diberikan, haruslah mulai berpikir apa yang sebenarnya terjadi dalam diri sang anak. Apalagi jika disertai oleh beberapa gejala di bawah ini ;.

*** Untuk anak pra-sekolah ;
§ Keterlambatan berbicara jika dibandingkan anak seusianya
§ Adanya kesulitan dalam pengucapan kata
§ Kemampuan penguasaan jumlah kata yang minim
§ Seringkali tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk suatu kalimat
§ Kesulitan untuk mempelajari dan mengenali angka, huruf dan nama-nama hari dalam seminggu
§ Mengalami kesulitan dalam menghubung-hubungkan kata dalam suatu kalimat
§ Kegelisahan yang sangat ekstrim dan mudah teralih perhatiannya
§ Kesulitan berinteraksi dengan anak seusianya
§ Menunjukkan kesulitan dalam mengikuti suatu petunjuk atau rutinitas tertentu
§ Selalu menghindari permainan ‘puzzles’
§ Menghindari pelajaran menggambar atau prakarya tertentu seperti menggunting

*** Untuk anak usia sekolah

§ Mempunyai kemampuan daya ingat yang buruk
§ Selalu membuat kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca, misalnya huruf b dibaca d, huruf m dibaca w, kesalahan transposisi yaitu kata roda dibaca dora
§ Lambat untuk mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucapannya
§ Bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran matematika, misalnya tidak dapat membedakan antara tanda – dengan +, tanda + dengan x, dll
§ Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat yang baik
§ Sangat aktif, tidak mampu menyelesaikan satu tugas/kegiatan tertentu secara tuntas
§ Impulsif ( bertindak sebelum berpikir )
§ Sulit konsentrasi atau perhatiannya mudah teralih
§ Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau di rumah
§ Tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya
§ Tidak mampu merencanakan kegiatan sehari-harinya
§ Problem emosional seperti mengasingkan diri, pemurung, mudah tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya
§ Menolak bersekolah
§ Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau rutinitas tertentu
§ Ketidakstabilan dalam menggenggam pensil/pen
§ Kesulitan dalam mempelajari pengertian tentang hari / waktu

Jika orang tua atau guru menemukan beberapa gejala di atas maka sebaiknya dilakukan evaluasi oleh tenaga profesional seperti, dokter anak atau psikiater anak atau tenaga profesional lainnya.

PEMERIKSAAN APA YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN ?

Pemeriksaan terhadap anak dengan kesulitan belajar sebaiknya dilakukan oleh suatu tim kerja terpadu yang meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti ;
1. Dokter anak
2. Psikiater anak
3. Psikolog
4. Orthopaedagog
5. dll

Wawancara orang tua dan anak
o Riwayat kehamilan
o Riwayat perkembangan fisik dan mental anak
o Riwayat medik anak termasuk fungsi indera penglihatan dan pendengaran
o Riwayat keluarga dan ada tidaknya perubahan struktur keluarga
o Usia mulai timbulnya kesulitan belajar
o Ada tidaknya masalah kelurga yang dapat memicu timbulnya kesulitan belajar pada anak
o Apakah ada tanda-tanda pencenderaan pada anak, baik fisik, emosi atau seksual

Evaluasi anak oleh
o Dokter anak
Dokter anak merupakan dokter yang sering melakukan skrining awal adanya kesulitan belajar pada anak. Pemeriksaan fisik dan neurologi lengkap biasanya telah dilakukan, termasuk pemeriksaan mata, pendengaran atau kondisi medik lainnya bila diperlukan
o Psikiater anak
Melakukan pemeriksaan kondisi mental emosional anak. Evaluasi perasaan anak terhadap ketidakmampuan dalam memenuhi harapan sekolah atau orang tuanya.
Observasi bagaimana interaksi anak dengan lingkungannya, harapan dan cita-cita anak. Selain itu, melakukan analisa dan penyimpulan akan adanya gangguan psikiatrik lain yang menyertai kesulitan belajar
o Psikolog
Pemeriksaan oleh psikolog akan memberikan data mengenai sikap anak dalam menghadapi tugas dan tanggung jawabnya. Selain itu juga memberikan masukan mengenai fungsi kecerdasan, bakat dan minat anak secara keseluruhan.
o Guru
Informasi mengenai pola perilaku dan prestasi akademik anak di sekolah, khususnya di dalam kelas merupakan informasi yang penting diketahui. Informasi ini tidak hanya penting dalam menegakkan diagnosis, tetapi juga dalam tindak lanjut dari penanganan yang akan dan telah diberikan kepada anak.

DAMPAK KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar yang terjadi pada seorang anak tidak hanya berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan anak saja, tetapi juga berdampak dalam kehidupan keluarga dan juga dapat mempengaruhi interaksi anak dengan lingkungannya. Sistim keluarga dapat mengalami disharmoni oleh karena saling menyalahkan di antara ke dua orang tua. Orang tua merasa frustrasi, marah, kecewa, putus asa, merasa bersalah atau menolak, dengan kondisi ini justru membuat anak dengan kesulitan belajar merasa lebih terpojok lagi.
Anak dengan kesulitan belajar seringkali menuding dirinya sebagai anak yang bodoh, lambat, berbeda dan keterbelakang. Mereka menjadi tegang, malu, rendah diri dan berperilaku nakal, agresif, impulsif atau bahkan
menyendiri/menarik diri untuk menutupi kekurangan pada dirinya. Seringkali mereka tampak sulit berinteraksi dengan teman-teman sebayanya, dan lebih mudah bagi mereka untuk bergaul dan bermain dengan anak-anak yang mempunyai usia lebih muda dari mereka. Hal ini menandakan terganggunya sistim harga diri anak. Kondisi ini merupakan sinyal bahwa anak membutuhkan pertolongan segera.


APAKAH KESULITAN BELAJAR DAPAT DIATASI ?

Walaupun gangguan yang terjadi pada sebagian otak sudah tidak dapat diperbaiki lagi, tetapi masih ada bagian otak lain yang masih dapat dirangsang untuk dapat berfungsi optimal. Oleh karena itu pemberian terapi haruslah sedini dan seoptimal mungkin, sehingga anak diharapkan dapat mengejar apa yang menjadi kekurangannya selama ini. Penanganan yang diberikan pada kasus anak dengan kesulitan belajar tergantung pada hasil pemeriksaan yang komprehensif dari tim kerja. Tim ini terdiri dari berbagai tenaga profesional ( sudah disebutkan di atas ) yang bekerja pada suatu klinik kesulitan belajar. Dengan demikian orang tua akan memperoleh pelayanan ‘one stop assessment’ yang mempermudah mereka dalam mencari pertolongan untuk anaknya.

Penanganan yang diberikan pada anak dengan kesulitan belajar meliputi ;
o Penatalaksanaan di bidang medis
o Penatalaksanaan di bidang pendidikan

A. Penatalaksanaan di bidang medis

  • Terapi obat
    Pengobatan yang diberikan adalah sesuai dengan gangguan fisik atau
    psikiatrik yang diderita oleh anak, misalnya ;
    § Berbagai kondisi depresi dapat diberikan obat gol. Antidepresan
    § GPPH diberikan obat gol. Psikostimulansia, misalnya Ritalin
    § Dll.
  • Terapi perilaku
    Terapi perilaku yang sering diberikan adalah modifikasi perilaku. Dalam hal ini anak akan mendapatkan penghargaan langsung jika ia dapat memenuhi suatu tugas atau tanggung jawab atau berperilaku positif tertentu. Di lain pihak, ia akan mendapatkan peringatan jika ia memperlihatkan perilaku negatif. Dengan adanya penghargaan dan peringatan langsung ini maka diharapkan anak dapat mengontrol perilaku negatif yang tidak dikehendaki, baik di sekolah atau di rumah.
  • Psikoterapi suportif
    Dapat diberikan kepada anak dan keluarganya. Tujuannya ialah untuk memberi pengertian dan pemahaman mengenai kesulitan yang ada, sehingga dapat menimbulkan motivasi yang konsisten dalam usaha untuk memerangi kesulitan ini.
  • Pendekatan psikososial lainnya ialah ;
    § Psikoedukasi orang tua dan guru
    § Pelatihan keterampilan sosial bagi anak

B. Penatalaksanaan di bidang pendidikan

Dalam hal ini terapi yang paling efektif ialah terapi remedial, yaitu bimbingan langsung oleh guru yang terlatih dalam mengatasi kesulitan belajar anak. Guru remedial ini akan menyusun suatu metoda pengajaran yang sesuai bagi setiap anak. Mereka juga melatih anak untuk dapat belajar dengan baik dengan tehnik-tehnik pembelajaran tertentu ( sesuai dengan jenis kesulitan belajar yang dihadapi anak ) yang sangat bermanfaat bagi anak dengan kesulitan belajar.


BAGAIMANA PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU ANAK DENGAN KESULITAN BELAJAR ?

Guru kelas biasanya tidak mempunyai waktu yang cukup untuk supervisi bagi setiap murid-muridnya. Di sini pentingnya mengapa anak memerlukan bimbingan belajar di luar jam sekolah. Ada orang tua yang mencarikan tenaga guru remedial bagi anaknya, namun ada juga yang mengerjakannya sendiri. Dengan demikian orang tua memainkan peranan yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar anaknya. Oleh karena itu ada beberapa petunjuk yang perlu diketahui oleh para orang tua :

  • Pilih waktu yang baik untuk belajar
  • Pakai buku yang digunakan guru di sekolah
  • Ciptakan suasana belajar yang nyaman dan tenang
  • Melatih anak untuk mendiskusikan isi suatu buku dengan hanya melihat judul buku/sampulnya sebelum anak mulai membaca
  • Melatih anak untuk mengenal angka atau huruf dengan alat peraga yang dapat diraba dan dengan warna-warna menarik
  • Melatih anak untuk mengenal operasionalisasi tanda dalam matematika dengan memberikan contoh-contoh dari kehidupan sehari-hari
  • Hindari komentar yang negatif
  • Berikan kesempatan kepada anak bila ingin mencoba menyelesaikan pekerjaan rumahnya sendiri
  • Membantu anak belajar sambil bermain


    KESIMPULAN
    • Kesulitan belajar merupakan keluhan sering dilontarkan oleh orang tua.
    • Berbagai gangguan psikiatrik seringkali mendasari timbulnya kesulitan belajar pada anak, seperti retardasi mental, gangguan tingkah laku, GPPH dan gangguan depresif, dll
    • Anak dengan kesulitan belajar akan mengalami penurunan kualitas hidup, sehingga berdampak dalam pengembangan sumber daya manusia di kemudian hari.
    • Deteksi dini haruslah dilakukan oleh orang tua di rumah, maupun guru di sekolah.
    • Penanganan dilakukan oleh tenaga profesional seperti psikiater anak, dokter anak, psikolog dan tenaga pendidik sehingga anak dapat kembali berprestasi di sekolah dan menjadi sumber daya manusia yang tangguh di kemudian hari.

    DAFTAR PUSTAKA
    Pataki CS. Normal Child Development. In: Sadock BJ, Sadock VA, Editors. Comprehensive Textbook of Psychiatry. 7tg ed. Lippincott Williams & Wilkins : 2000. p.2534-2549
    Spagna ME, Cantwell DP, Baker L. Learning Disorders. In: Sadock BJ, Sadock VA, editors. Comprehensive Textbook

    Sumber : Milist Anak Berbakat

Komentar

alghoniya mengatakan…
thanks for this blog..
tentunya sangat bermanfaat buat pendidik anak usia dini..

Postingan populer dari blog ini

Di Hyang

Baju Bodo Angelica