ADAKAH CARA UNTUK MENGASAH KEPEKAAN ANAK DALAM MENGHADAPI MASA-MASA SULIT DALAM KEHIDUPAN SEJAK USIA BAYI
Dear Sahabat,
Tulisan ini saya temukan di Inbox saya . Pengirimnya pak Adi Putera Widjaja pengelola group Super parenting. Rasanya tulisan ini tepat untuk mengelola sikap paranoid kita terhadap sang buah hati. Bagaimana kita harus bersikap agar anak tumbuh sempurna, seimbang , sehat jiwa dan raga.
Hari demi hari Resty semakin murung dan terlihat seakan tidak punya semangat untuk menjalani hidup lagi. Padahal sebelumnya Resty adalah seorang wanita yang aktif dan energik. Banyak kawannya yang ingin ”bertukar tempat” sementara waktu agar dapat memiliki semangat seperti dirinya.
Kemurungan Resty bermula sejak berpulangnya sang kekasih ke pangkuan Sang Maha Kuasa karena sakit setahun yang lalu. Semua rencana indah Resty menguap begitu saja. Tiada habisnya ia membatin mengapa hal ini harus terjadi pada dirinya; begitu keluh kesahnya setiap kali bersua dengan para karibnya. Dan setiap kali ia menceritakan nasibnya itu seolah-olah kejadian tersebut baru saja terjadi beberapa hari yang lalu.
Pada saat yang hampir bersamaan; setahun yang lalu Novia mengalami hal yang hampir sama dengan Resty. Kekasihnya meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Novia sangat terpukul dengan kejadian tersebut dan hampir saja mengambil tindakan nekat untuk menyusul sang kekasih. Untunglah hal itu tidak dilakukan. Berita terakhir mengabarkan bahwa kini Novia terlihat sangat bahagia karena hubungan barunya dengan seorang pria akan segera berakhir di pelaminan.
Apa kira-kira yang membuat seseorang mampu menghadapi sebuah kejadian pahit dalam hidupnya sedangkan lainnya terus menerus memeluk kesedihan hatinya dalam jangka waktu lama?
Mengutip buku Personality Theories - Menurut Erik Erikson (1902-1994) seorang psikolog-ego Freudian yang juga banyak mendapat pengaruh dari antropolog terkenal seperti Margareth Mead dan Gregory Beteson;
Ada sebuah tahapan pada kanak-kanak yang kira-kira terjadi pada usia 0 sampai 1 atau 1,5 tahun dimana pada tahapan ini bayi belajar untuk mengetahui apakah orang-orang yang ada di dalam lingkungannya dapat dipercaya dan saling menyayangi.
Sang Bayi mengetahui melalui respon yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Jika orangtua saling menyayangi maka bayi juga belajar bagaimana mempercayai tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang terjadi di dalamnya. Sebaliknya yang terjadi jika orangtua menunjukan saling ketidakpercayaan, seolah-olah menolak kehadiran dan tidak mau memberi rasa hangat dan dekat padanya, maka bayi akan lebih mengembangkan rasa ketidakpercayaan. Dia akan selalu curiga pada orang lain.
Pada bagian lain, bagi orangtua yang overprotective pada anaknya, Erik Erikson memberikan sebuah istilah yaitu sensory maladjustment. Yaitu para orangtua yang terlalu melindungi anaknya sehingga anak memiliki kecenderungan maladaptive. Menjadi orang yang terlalu percaya dan menganggap orang lain tidak akan berbuat jahat padanya dan tanpa sadar menggunakan segala cara untuk mempertahankan sudut pandang seperti itu.
Tetapi jika pada perkembangan tahap ini yang terjadi arahnya adalah pada ketidakpercayaan. Anak akan berkembang ke arah curiga dan merasa terancam terus menerus. Tanda-tanda akan hal ini seperti mudah depresi,paranoia dan ada kemungkinan menjadi psychosis.
Jika keseimbangan dapat dicapai dalam tahapan ini maka akan ada nilai lebih yang berkembang dalam dirinya yaitu HARAPAN dan KEYAKINAN yang sangat kuat bahwa jika segala sesuatunya tidak berjalan sebagaimana mestinya, mereka masih mampu mengolahnya menjadi lebih baik sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya.
Salah satu tanda seorang anak yang mengalami keseimbangan perkembangan pada tahap ini adalah dia tidak merasa tertekan ketika harus menunggu terlebih dahulu sampai kebutuhannya dipenuhi oleh kedua orangtuanya. Bunyi linguistic dalam dirinya kira-kira akan seperti ini :
“Ayah dan ibu tidak mungkin melakukan semuanya dengan sempurna; aku percaya jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhanku saat ini, mereka pasti datang sebentar lagi; segalanya mungkin sedang runyam saat ini, tapi semuanya pasti dapat diselesaikan dengan baik”.
Kemampuan ini sama dengan kemampuan yang dimiliki seseorang di masa selanjutnya, ketika dia mengalami kekecewaan dalam cinta, karir atau persoalan hidup lainnya.
Oleh sebab itu, dalam kerangka berpikir NLP Attitude dibutuhkan penyadaran diri serta melatih SUMBER DAYA yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada setiap manusia agar mampu membedakan PIKIRAN dan PERASAAN nya; sehingga setiap manusia sanggup membebaskan belenggu PERASAAN yang merantai PIKIRAN nya.
Tulisan ini saya temukan di Inbox saya . Pengirimnya pak Adi Putera Widjaja pengelola group Super parenting. Rasanya tulisan ini tepat untuk mengelola sikap paranoid kita terhadap sang buah hati. Bagaimana kita harus bersikap agar anak tumbuh sempurna, seimbang , sehat jiwa dan raga.
Hari demi hari Resty semakin murung dan terlihat seakan tidak punya semangat untuk menjalani hidup lagi. Padahal sebelumnya Resty adalah seorang wanita yang aktif dan energik. Banyak kawannya yang ingin ”bertukar tempat” sementara waktu agar dapat memiliki semangat seperti dirinya.
Kemurungan Resty bermula sejak berpulangnya sang kekasih ke pangkuan Sang Maha Kuasa karena sakit setahun yang lalu. Semua rencana indah Resty menguap begitu saja. Tiada habisnya ia membatin mengapa hal ini harus terjadi pada dirinya; begitu keluh kesahnya setiap kali bersua dengan para karibnya. Dan setiap kali ia menceritakan nasibnya itu seolah-olah kejadian tersebut baru saja terjadi beberapa hari yang lalu.
Pada saat yang hampir bersamaan; setahun yang lalu Novia mengalami hal yang hampir sama dengan Resty. Kekasihnya meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Novia sangat terpukul dengan kejadian tersebut dan hampir saja mengambil tindakan nekat untuk menyusul sang kekasih. Untunglah hal itu tidak dilakukan. Berita terakhir mengabarkan bahwa kini Novia terlihat sangat bahagia karena hubungan barunya dengan seorang pria akan segera berakhir di pelaminan.
Apa kira-kira yang membuat seseorang mampu menghadapi sebuah kejadian pahit dalam hidupnya sedangkan lainnya terus menerus memeluk kesedihan hatinya dalam jangka waktu lama?
Mengutip buku Personality Theories - Menurut Erik Erikson (1902-1994) seorang psikolog-ego Freudian yang juga banyak mendapat pengaruh dari antropolog terkenal seperti Margareth Mead dan Gregory Beteson;
Ada sebuah tahapan pada kanak-kanak yang kira-kira terjadi pada usia 0 sampai 1 atau 1,5 tahun dimana pada tahapan ini bayi belajar untuk mengetahui apakah orang-orang yang ada di dalam lingkungannya dapat dipercaya dan saling menyayangi.
Sang Bayi mengetahui melalui respon yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Jika orangtua saling menyayangi maka bayi juga belajar bagaimana mempercayai tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang terjadi di dalamnya. Sebaliknya yang terjadi jika orangtua menunjukan saling ketidakpercayaan, seolah-olah menolak kehadiran dan tidak mau memberi rasa hangat dan dekat padanya, maka bayi akan lebih mengembangkan rasa ketidakpercayaan. Dia akan selalu curiga pada orang lain.
Pada bagian lain, bagi orangtua yang overprotective pada anaknya, Erik Erikson memberikan sebuah istilah yaitu sensory maladjustment. Yaitu para orangtua yang terlalu melindungi anaknya sehingga anak memiliki kecenderungan maladaptive. Menjadi orang yang terlalu percaya dan menganggap orang lain tidak akan berbuat jahat padanya dan tanpa sadar menggunakan segala cara untuk mempertahankan sudut pandang seperti itu.
Tetapi jika pada perkembangan tahap ini yang terjadi arahnya adalah pada ketidakpercayaan. Anak akan berkembang ke arah curiga dan merasa terancam terus menerus. Tanda-tanda akan hal ini seperti mudah depresi,paranoia dan ada kemungkinan menjadi psychosis.
Jika keseimbangan dapat dicapai dalam tahapan ini maka akan ada nilai lebih yang berkembang dalam dirinya yaitu HARAPAN dan KEYAKINAN yang sangat kuat bahwa jika segala sesuatunya tidak berjalan sebagaimana mestinya, mereka masih mampu mengolahnya menjadi lebih baik sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya.
Salah satu tanda seorang anak yang mengalami keseimbangan perkembangan pada tahap ini adalah dia tidak merasa tertekan ketika harus menunggu terlebih dahulu sampai kebutuhannya dipenuhi oleh kedua orangtuanya. Bunyi linguistic dalam dirinya kira-kira akan seperti ini :
“Ayah dan ibu tidak mungkin melakukan semuanya dengan sempurna; aku percaya jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhanku saat ini, mereka pasti datang sebentar lagi; segalanya mungkin sedang runyam saat ini, tapi semuanya pasti dapat diselesaikan dengan baik”.
Kemampuan ini sama dengan kemampuan yang dimiliki seseorang di masa selanjutnya, ketika dia mengalami kekecewaan dalam cinta, karir atau persoalan hidup lainnya.
Oleh sebab itu, dalam kerangka berpikir NLP Attitude dibutuhkan penyadaran diri serta melatih SUMBER DAYA yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada setiap manusia agar mampu membedakan PIKIRAN dan PERASAAN nya; sehingga setiap manusia sanggup membebaskan belenggu PERASAAN yang merantai PIKIRAN nya.
Komentar